Superadmin, 07 Mar 2025

Membangun Sekolah yang Aman: Perjalanan Ibu Roslin dalam Melindungi Anak di Era Digital

Di tengah hiruk-pikuk Kota Kupang, sosok Bu Roslin (58 tahun) dikenal sebagai kepala sekolah yang inspiratif. Tak hanya berperan sebagai pendidik, sejak tahun 2004, ia juga aktif di berbagai organisasi sosial yang bergerak di bidang hak-hak perempuan dan perlindungan anak. Melalui keterlibatan ini, ia mendalami berbagai isu yang dihadapi kelompok rentan, mulai dari pencegahan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) hingga edukasi bagi calon tenaga kerja perempuan di daerah terpencil.
 

Sebagai kepala sekolah, Ibu Roslin menyadari bahwa lingkungan pendidikan harus menjadi tempat yang aman bagi anak-anak. Baginya, kekerasan dalam bentuk apa pun tidak dapat dibenarkan atas nama mendidik. Ia pun bertekad membangun budaya sekolah yang bebas kekerasan, baik secara fisik maupun digital.
 

Menghadapi Tantangan Kekerasan di Sekolah

Saat memulai perubahan di sekolahnya, Ibu Roslin menghadapi berbagai tantangan. Banyak siswa yang dianggap "anak bermasalah", ternyata berasal dari lingkungan keluarga yang penuh dengan kekerasan. Menyadari hal ini, ia menerapkan pendekatan yang lebih inklusif.
 

“Saya selalu bilang ke guru-guru, anak-anak ini bukan hanya siswa, tapi juga sahabat. Kalau mereka merasa nyaman, mereka akan lebih terbuka bercerita jika ada masalah.”
 

Melalui pendekatan ini, anak-anak yang sebelumnya tertutup mulai menunjukkan perubahan positif. Sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ruang aman untuk berbagi dan bertumbuh.
 

Melindungi Anak di Era Digital dengan Program Swipe Safe

Seiring perkembangan teknologi, tantangan baru muncul. Banyak orang tua mengeluhkan anak-anak mereka yang kecanduan gawai, sementara risiko kekerasan digital semakin meningkat. Untungnya, sekolah Ibu Roslin terpilih sebagai mitra program Swipe Safe, sebuah inisiatif dari ChildFund Australia bekerja sama dengan ChildFund International di Indonesia.
 

Program ini memberikan pelatihan tentang pencegahan dan penanganan kekerasan online pada anak, serta mendorong pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di sekolah. Setelah mengikuti pelatihan, Ibu Roslin langsung mengambil langkah konkret:
 

“Setelah mengikuti Swipe Safe, saya langsung membentuk TPPK. Siswa bisa melaporkan kekerasan, baik online maupun offline, termasuk secara anonim melalui kotak suara.”
 

Keberadaan TPPK terbukti membawa perubahan signifikan. Salah satu kasus yang berhasil terungkap adalah grup chat yang berisi siswa SMP dan SMA di Kupang yang menyebarkan konten tidak pantas. Setelah laporan masuk ke TPPK, investigasi mengungkap bahwa kasus ini melibatkan eksploitasi seksual dan beberapa siswa bahkan menerima uang dari aktivitas tersebut.
 

Tanpa ragu, Ibu Roslin segera melaporkan temuan ini ke Dinas Pendidikan dan Dinas Perlindungan Anak, yang langsung mengambil langkah hukum untuk melindungi anak-anak yang terlibat.
 

Mimpi Besar untuk Masa Depan Anak-anak Kupang dan Indonesia

Bagi Ibu Roslin, Swipe Safe bukan hanya tentang keamanan digital, tetapi juga tentang membentuk karakter siswa. Ia ingin memastikan anak-anak tidak hanya terlindungi dari ancaman dunia maya, tetapi juga mampu menggunakan internet dengan bijak dan bertanggung jawab.
 

“Saya bermimpi agar hak-hak anak di Kupang dan Indonesia benar-benar terpenuhi. Banyak anak putus sekolah karena menjadi korban kekerasan online. Saya ingin mereka memiliki perlindungan yang lebih baik.”
 

Di tahun-tahun terakhir pengabdiannya, Ibu Roslin semakin gencar mengampanyekan pentingnya keamanan digital. Ia menekankan bahwa tanggung jawab ini bukan hanya milik sekolah, tetapi juga pemerintah, organisasi non-profit, sektor swasta, dan masyarakat luas.
 

“Kita semua harus ikut terlibat. Dengan kerja sama yang kuat, kita bisa melindungi anak-anak dari ancaman digital dan memastikan mereka tumbuh di lingkungan yang lebih aman.”
 

Mewujudkan Dunia yang Lebih Aman dan Setara untuk Anak-anak

Dedikasi Ibu Roslin dalam menciptakan sekolah yang aman dan inklusif mencerminkan bahwa kesetaraan gender bukan hanya soal hak, tetapi juga tentang perlindungan dan kesempatan yang adil bagi semua anak. Dengan memastikan bahwa siswa bebas dari kekerasan, baik di sekolah maupun di dunia digital, ia telah mengambil langkah nyata dalam membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi muda.
 

Kini, saatnya kita semua ikut berkontribusi. Dukung sekolah, komunitas, dan program yang berupaya menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak. Dengan langkah kecil bersama, kita bisa membuat dampak besar!
 

 Penulis: Prita. Editor: HUA

Berlangganan

Dapatkan informasi terkini dari kami